RSS
Have you heard the quote, 'don't take life too seriously, noone get out of it anyway? Well, movies are, in fact, imitations of life.

ZOMBIE'S NEW WAVE




Zombie sepertinya merupakan karakter film yang paling tidak menyenangkan untuk dilihat. Hal ini berbeda dengan para ‘saudara seangkatan’-nya sejak dulu kala, yaitu vampir dan manusia serigala (werewolf). Meskipun digambarkan sebagai sama-sama makhluk kejam yang ditakuti manusia, namun kedua makhluk tersebut selalu muncul dalam penampakan yang classy dan keren. Di zaman sekarang, kedua makhluk tersebut malah sudah menjadi ikon mainstream yang digilai khalayak luas, bahkan oleh penonton non-horor sekalipun. Werewolf mendapatkan tempat tersendiri di hati pecinta horror maupun action lewat film-film seperti An American Werewolf in London, Underworld, serta calon blockbuster tahun depan, The Wolfman. Vampir sendiri tidak perlu dipertanyakan lagi popularitasnya setelah sukses menjadi karakter perlente nan seksi lewat Dracula, serial televisi True Blood dan Vampire Academy, serta tentu saja, saga Twilight.

Alhasil, sebagai sesama karakter horror, zombie terkesan dianaktirikan. Zombie sendiri tidak lebih dari daging berjalan sisa manusia tak bernyawa yang digerakkan oleh insting pemburu. Itulah yang membuat mereka memburu manusia hidup untuk dimangsa dan dijadikan mayat hidup seperti mereka. Meskipun status mereka sama-sama sudah mati, jangan harap sebuah karakter yang telah berubah menjadi zombie akan menjadi sekeren Edward Cullen dan Count Dracula atau para geng werewolf/lycan di Underworld. Penampakan zombie malah terlihat sangat menjijikkan dengan wajah rusak dan organ tubuh yang terburai kemana-mana. Sekeren apapun seseorang ketika masih hidup, jika telah berubah menjadi zombie, pasti akan berubah menjadi jelek dan mengerikan seperti yang dialami Michelle Rodriguez di Resident Evil. Alhasil, mau dipermak seperti apapun, zombie tidak akan pernah terlihat keren.

Sekarang, demi menjaring fans lebih luas lagi, para filmmaker mulai memperkenalkan sisi nge-pop untuk karakter vampir dan werewolf. Sejauh ini, formula tersebut terbilang sukses. Hampir semua orang menggilai Robert Pattinson, Ashley Greene, Anna Paquin, sampai Dakota Fanning sebagai vampir-vampir rupawan nan seksi. Sedangkan werewolf diwakili oleh Scott Speedman, Jack Nicholson dan Benicio del Toro. Michael Sheen sendiri memperoleh kehormatan dengan berperan sebagai keduanya di Underworld dan New Moon.

Bagaimana dengan para zombie? Sampai sekarang agaknya mereka hanya selalu menjadi sasaran tembak dan ledakan senjata para tokoh utama. Nampaknya tak ada seorangpun penonton yang keberatan melihat ratusan bahkan ribuan zombie dibantai di 28 Days Later, 28 Weeks Later, Resident Evil, dan Dawn of the Dead versi Zack Snyder. Namun formula monoton seperti ini sudah digunakan dari zamannya si bapak zombie, George Romero, sampai sekarang sehingga lama-kelamaan membuat penonton bosan. Ini terbukti dari gagalnya penjualan box-office dua film teranyar Romero, Land of the Dead dan Diary of the Dead.

Alhasil para filmmaker pun memeras otak untuk menciptakan formula baru bagi film-film zombie. Angin segar pun datang dari Inggris yang memperkenalkan formula komedi zombie melalui Shaun of the Dead. Film yang meroketkan nama Simon Pegg dan Sutradara Edgar Wright ini disukai penonton karena memasukkan bumbu-bumbu komedi dalam filmnya, tanpa kehilangan unsur kejutan dan teror dalam adegan-adegan horornya.

Ide kreatif Shaun of the Dead memang sangat menarik dan kreatif. Rasanya memang lebih baik mengeksploitasi segala kelucuan yang terjadi di balik usaha para karakter dalam melarikan diri dari kejaran zombie. Rasanya lebih asyik menyaksikan para zombie dibantai dengan cara konyol yang mengundang tawa daripada berdarah-darah yang ujung-ujungnya menjadi menjijikkan. Lebih menyenangkan juga menikmati karakter utamanya dilukiskan berwajah lucu dan tak segan-segan untuk ngocol daripada menjerit-jerit ribut sepanjang film. Para filmmaker pun cepat tanggap melihat tren ini, sehingga sekarang mulai dikenal suatu genre baru sebagai variasi dari film horor, yaitu ‘Zom-Com’ atau ‘Zombie Comedy’.

Hollywood pun mulai mengeruk keuntungan dari tren yang namanya diplesetkan dari Rom-Com (Romantic Comedy) ini. Kesuksesan Zombieland adalah buktinya. Film yang disebut-sebut sebagai film terbaik Woody Harrelson ini malah sudah mulai dijadikan salah satu film cult oleh sebagian besar pecinta film. Film ini sempat bertengger di puncak box-office Amerika berkat sense of humor yang tinggi dari para penulisnya. Inggris pun tak mau kalah dengan meluncurkan Doghouse, sebuah zom-com yang menceritakan tentang sekelompok pria yang diserang para zombie wanita. Norwegia menggebrak lewat Dead Snow, yang menceritakan mayat hidup tentara Nazi. Sedangkan Australia punya The Undead. Sutradara terkenal Robert Rodriguez malah ikut-ikutan memasukkan unsur zom-com dalam Planet Terror, salah satu segmen dari Grindhouse yang dibuatnya bersama Quentin Tarantino. Di tahun 2010, akan masih banyak lagi zom-com yang akan dirilis seperti The Gatekeeper, Trasharella, The Harvard Zombie Massacre, dan tentunya, Zombieland 2.

Rasanya para pecinta horor yang maniak sekalipun tidak akan keberatan bila zombie dijadikan bahan olok-olok dan bukan jadi ikon simbol seks seperti vampir keluarga Cullen. Toh, ini merupakan sebuah angin segar dan pertanda tema horor akan semakin bervariasi. Jadi, jika merasa bosan dengan zombie serius ala franchise 28 Months Later, Resident Evil, dan film-film sampahnya Uwe Boll, silakan mencari judul-judul zom-com yang tentunya akan semakin menjamur selama beberapa tahun ke depan!

<_mp_>

2 comments:

Anonymous said...

kasihan ya kak tuh zombie dianak tirikan :p
btw fim Doghouse lucu banget hahahaha

moviemindset said...

mau gimana lagi ya? soalnya kalah keren dibanding vampir2 keluarga Cullen sih hahaha

Post a Comment

 
Copyright 2009 MOVIE MINDSET. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy