RSS
Have you heard the quote, 'don't take life too seriously, noone get out of it anyway? Well, movies are, in fact, imitations of life.

INDIE CONCEPT OF LOVE


This time I wanna talk about 'love'... yeah, baby, that kind of 'love'...

Dunia film juga tidak ada habis-habisnya mengeksploitasi cinta sebagai tema utama film-film romantis. Terkadang, cerita yang paling membuat kita mengernyitkan kening sekalipun, apabila berhasil menjual mimpi tentang kemenangan cinta, maka film itu akan disukai penonton. Take Pretty Woman, While You Were Sleeping, or (sadly, my favorite) Notting Hill, for example...

Saya ingin mengajak Anda sekalian berdiskusi atau setidaknya memusatkan perhatian kepada dua nama sutradara sekaligus scriptwriter yang saya yakini sebagai dua orang paling 'jujur' dan blak-blakan bicara cinta.

'Jujur' di sini dalam artian tidak menjual mimpi terlalu tinggi dan menggambarkan 'cinta' seperti apa adanya dalam kenyataan: memabukkan, menjeratmu pelan-pelan, tapi setelah itu meninggalkanmu dalam sebuah pilihan yang harus kau tentukan sendiri: happy ending atau gloomy ending...

1. Richard Linklater


Sutradara ini sangat dihormati di dunia indie cinema. Mungkin, karya mainstream-nya yang paling dikenal orang hanyalah School of Rock dan Bad News Bears. Namun siapa yang nggak kenal dwilogi Before Sunrise dan Before Sunset-nya yang touching abis itu.

Dalam kedua judul tersebut, Linklater menampilkan situasi se-real mungkin dalam hubungan sepasang manusia yang saling jatuh cinta. Di film pertama, karakter Jesse dan Celine yang sama-sama masih muda, idealis dan naif dalam memandang dunia, menemukan sosok idaman dalam diri masing-masing. Bertemu di sebuah kereta, menghabiskan semalam di Vienna, dan saling berjanji untuk bertemu kembali setahun kemudian di penghujung film. Semua pecinta film romantis akan jatuh cinta pada film sederhana yang kuat dalam hal dialog tersebut.


Before Sunrise dirilis pada tahun 1995. Siapa yang menyangka, Linklater membuat sambungannya 9 tahun kemudian yang bertajuk Before Sunset, dengan konsep real-life. Di film kedua ini, kedua karakter telah terjebak dalam ke-gloomy-an usia pertengahan 30 tahunan. Jesse sudah menikah dan memiliki anak, sedangkan Celine menjadi seorang wanita single yang pandangan free thinking-nya lebih cenderung ke arah apatis. Jangan salah, film ini sama sekali tidak membahas betapa dahsyatnya kerinduan mereka yang mendayu-dayu selama 9 tahun tidak saling bertemu. Justru dialog-dialog panjang yang menghiasi film ini lebih menekankan pada betapa bitter-nya kehidupan mereka masing-masing. Dan yang paling penting, apakah mereka memang segitu infatuated-nya terhadap satu sama lain, sehingga tidak menyisakan ruang lain di dalam hati mereka untuk keberadaan sebuah 'cinta' baru? Intinya, infatuation yang mereka rasakan satu sama lain tak ubahnya sebuah penderitaan berkepanjangan dong? Jika sudah begini, tidak ada salahnya mereka berpikiran, "I wish I never met you."

"Memory is a wonderful thing if you don't have to deal with the past," begitu kata Celine di pertengahan film Before Sunset. Sebuah quote yang teramat sangat 'nonjok' dari seorang scriptwriter indie bernama Richard Linklater.

to be continued...

<_mp_>

 
Copyright 2009 MOVIE MINDSET. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy