
Beberapa malam yang lalu, sewaktu sedang hangout bareng teman-teman saya, kami mendiskusikan film-film terbaik tahun 2009 menurut kami. Guess what? Mendengar saya menyebutkan judul Up in Air yang disutradarai Jason Reitman, teman-teman saya tidak ada yang sepakat. Mereka beranggapan bahwa film itu terlalu flat dan membosankan.
Anyway, despite the fact bahwa most of them hanya ‘orang awam’ dalam menilai suatu film (saya katakan awam karena justru 98% kritikus film menyanjung film ini setinggi langit), saya sendiri punya penilaian pribadi dalam melihat pesan yang terkandung dalam film ketiga putra sutradara senior Ivan Reitman ini.
Film Up in the Air berfokus pada karakter Ryan Bingham yang berprofesi sebagai ‘tukang pecat-memecat’ karyawan. Karakter pria parobaya single yang jarang settle baik dalam hal tempat tinggal maupun kisah cintanya ini, dibawakan dengan baik sekali oleh George Clooney. Karena tidak ingin terikat secara emosional dengan siapapun, baik dengan seorang wanita maupun anggota keluarganya, karakter Bingham digambarkan sangat dingin dan tidak berperasaan, meskipun sifatnya itu tersembunyi di balik penampilannya yang warm dan karismatik. Karena tidak punya emotional senses dalam hal hubungan antar manusia, pria inipun jadi sangat gampang me-release seseorang dari pekerjaannya.
Dalam salah satu scene, Ryan Bingham mengungkapkan filosofi hidup yang dianutnya. Situasi hidup yang terbaik diibaratkannya sebagai sebuah ‘backpack kosong’. Menurutnya, lebih baik travelling with an empty backpack, karena dengan bepergian kemana-mana dengan sebuah tas kosong, beban yang disandangnya dalam perjalanan menjadi ringan. Dengan backpack yang dipenuhi muatan, pergerakan kita hanya akan menjadi lambat. Sedangkan untuk survive di sepanjang perjalanan kehidupan ini, kita harus bergerak cepat untuk menyambar semua opportunity yang muncul di depan mata.
Saya pribadi mengagumi filosofi sederhananya itu. Sebagai seseorang yang masih ingin mengisi kehidupan dengan lebih banyak hal lagi. ‘The empty backpack’ adalah pilihan terbaik. Banyak hal baru yang bisa dipetik dalam perjalanan, dan jika dianggap sesuai dengan prinsip kehidupan yang kita anut, kita bisa menjadikannya suatu muatan yang mengisi ‘backpack kehidupan’. Jika pada suatu saat backpack itu telah penuh, kita bisa meng-unload semua muatan tersebut untuk memulai semua perjalanan baru.
Namun seperti situasi Ryan Bingham, selalu ada ‘muatan’ dalam ‘backpack’ itu yang pasti kita bawa kemana-mana. Keluarga adalah salah satunya. Bahkan karakter se-independen Bingham pun harus pulang dari perjalanan jauhnya demi menghadiri pernikahan adik kandungnya. Situasi menjadi lebih rumit ketika dia ‘terpaksa’ mendapatkan suatu ‘muatan’ baru, yaitu Alex, seorang gadis yang memikat hatinya (diperankan oleh Vera Farmiga).
Sebelum pembahasan menjadi semakin melebar (dan membuat saya tidak bisa berhenti mengetik, hahaha), right now I just want to say, that sometimes, to go a thousand miles, you have to leave everything behind. Meskipun suatu saat nanti ‘backpack’ kita akan penuh dengan berbagai macam muatan, namun kita harus punya saat-saat untuk membongkar muatan tersebut untuk mulai bepergian lagi demi mencapai tujuan yang optimal dalam suasana hati yang peaceful. Well, setelah durasi menempuh kurang lebih dua jam, rol film Up in the Air pun berhenti. Endingnya mengisahkan karakter Ryan Bingham yang memilih untuk tetap melanjutkan petualangannya, still with a brand new ‘empty backpack’.
0 comments:
Post a Comment