RSS
Have you heard the quote, 'don't take life too seriously, noone get out of it anyway? Well, movies are, in fact, imitations of life.

FAST AND FURIOUS: FASTER BUT LESS FURIOUS


Tulisan ini sebenarnya sudah saya buat setelah menonton Fast and Furious pada bulan April 2009 lalu. Namun baru sempat di-posting sekarang.

Vin Diesel mengulangi peran yang mengangkat namanya sebagai Dominic Toretto, si pembalap raja jalanan sekaligus perompak jalanan nomor satu. Paul Walker juga kembali sebagai polisi undercover Brian O’Conner. Agak disayangkan, sutradara spesialis pembuat non-stop action, Rob Cohen, tidak kembali untuk menangani film trademark-nya ini (mungkin) akibat kelelahan menangani The Mummy 3 : Tomb of the Dragon Emperor. Namun penggantinya, Justin Lin, nampaknya tidak mengalami kesulitan dalam mengejawantahkan naskah film ini ke layar lebar, mengingat Lin sudah dipercaya produser Neal H. Moritz dalam menangani Tokyo Drift.

Saya lagi-lagi tidak akan mengulas jalan cerita ataupun repot-repot membahas resensi film ini. Namun dengan senang hati saya ingin berbagi momen-momen paling berkesan dari sekitar 100 menit film ini berjalan. Well, I’m not much of an adrenaline lover like all the racers or race buffs are, tapi akan sangat berdosalah jika tidak mengakui bahwa saya sangat menikmati adegan-adegan balap spektakuler di installment keempat Fast and Furious ini. Yap, film ini wajib ditonton para penggemar balap dan film action berkualitas. High-speed race, car crashes, adegan tembak-tembakan dan perkelahian tangan kosong plus cewek-cewek hot, what else can u ask for?


Kemudian yang paling membuat saya kaget adalah, dari semua installment Fast and Furious, belum pernah ada satu seri pun yang menawarkan dialog bermutu dan kontemplatif. Namun di seri keempat ini, saya benar-benar dibuat terhenyak dan mendalami salah satu pembicaraan antara O Conner (Walker) dan Mia Toretto ( Jordana Brewster).

Di adegan itu, Mia melontarkan sebuah pertanyaan yang sangat ‘dalem’ kepada sang polisi spesialis undercover yang dianggapnya manipulatif dan tidak punya jatidiri tersebut, “Are you actually a cop disguised as a bad guy, or are you a bad guy disguised as a cop?” Pertanyaan itu terasa menohok dengan telak, baik bagi karakter O Conner maupun penonton. Terlebih lagi ketika O Conner hanya bisa terdiam lama sebelum menjawab, “I don’t know…”

Yap, isu mengenai personal identity yang bersinggungan dengan moralitas dalam tatanan masyarakat seperti ini nampaknya tidak pernah habis untuk dibahas. Saya akan lebih sering lagi membahas tentang ini, since there’s so much of personal identity issue being raised in movies. Kesimpulannya, saya berani berbicara bahwa Fast and Furious ternyata tidak lagi ringan dan garing ibaratnya makanan snack, yang terasa nikmat namun kosong dan tidak ada kandungan gizinya. Film keempat ini ternyata telah ditambahi oleh kandungan gizi yang meskipun tidak padat, namun memberi suplai pemikiran dan inspirasi yang cukup kepada para penonton untuk dicerna.

<_mp_>

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2009 MOVIE MINDSET. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy