RSS
Have you heard the quote, 'don't take life too seriously, noone get out of it anyway? Well, movies are, in fact, imitations of life.

VOYEURISTIC STUDY ON REAR WINDOW


'Kepo'

Pertama kali denger istilah tersebut, benak saya langsung dengan lantang menyorakkan tiga huruf : ‘W.T.F?’ Istilah macam apakah itu dan apa artinya? Ternyata kata itu sering dipergunakan dalam pergaulan zaman sekarang. Then I was like, ‘oh…okay…

Istilah ‘kepo’ tidak akan bisa ditemukan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, namun amazingly, menjadi salah satu ciri khas masyarakat modern Indonesia. Menjamurnya program-program infotainment dan website-website gosip dalam rating yang amazingly (juga) sangat tinggi, membuktikan betapa ‘kepo’-nya masyarakat Indonesia dalam ingin mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupan orang lain.

Tapi saya tidak ingin terburu-buru mengatakan bahwa masyarakat di negara-negara maju, yang pada umumnya seharusnya lebih civilized, sama sekali tidak punya karakter kepo. Toh, mereka juga punya ratusan acara gosip di Entertainment Channel atau apalah itu di TV Kabel. Malah, pengaruh media elektronik seperti TV dan internet, ditambah dengan semakin liarnya paparazzi mengejar buruannya yang berupa private life kaum seleb, semakin adds up the oil to the fire dalam mem-blow up budaya ini.

Mel Gibson pernah memproduseri film action kelas B bertajuk Paparazzi yang mengusung tema ini. Namun jika menyusuri lebih jauh, tema ‘mengintip privasi orang lain’ alias ‘voyeurism’ sudah diangkat jauh-jauh hari sebelumnya oleh sutradara legendaries Alfred Hitchcock dalam Rear Window.

Alkisah di film tersebut, karakter Jeffries yang diperankan James Stewart sedang mengalami cedera kaki sehingga tidak bisa berjalan. Karena hanya bisa bergerak dengan kursi roda dan tidak bisa sedikitpun meninggalkan apartemennya, satu-satunya yang menjadi hiburannya adalah sebuah alat teropong. Alat ini pun dipergunakannya untuk mengintip apartemen-apartemen lain di sebelahnya. Hingga pada suatu ketika, tanpa sengaja dia memergoki sebuah peristiwa pembunuhan.

Film klasik yang inti ceritanya disadur kembali menjadi inti cerita Disturbia yang disutradarai D.J Caruso dan dibintangi Shia LaBoeuf ini menjadi potret paling naïf kebiasaan ‘voyeurism’. Well, pada hakikatnya, rasa keingintahuan manusia memang tidak pernah bisa dipuaskan. Jika dicemplungkan dalam suatu tatanan sosial, maka rasa ingintahu itu sendiri akan menembus garis-garis privasi yang membatasi kehidupan manusia satu dan manusia lainnya.

Ah, saya pribadi sih tidak masalah jika seseorang ingin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan pribadi saya. Asalkan ke-kepo-an seseorang hanya berbentuk pertanyaan seperti ‘lagi ngapain?’ ‘darimana?’ dan seputar itulah. Tapi kalau sudah urusan intip-mengintip seperti di Rear Window atau Disturbia, sudah bersinggungan sama urusan hukum deh!

<_mp_>


0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2009 MOVIE MINDSET. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy